Fokusbatulicin.Net– Bunyi tetabuhan memecah kesunyian pagi itu di rumah salah satu warga yang sedang melangsungkan hajatan perkawinan.
Beberapa pria tua memakai baju hitam menggerak gerakan tangan dan kakinya. Mereka ini para pemain Kuntaw yang kebanyakan ber-profesi sebagai tukang ojek, abang becak dan petugas kebersihan ini bergerak dengan lincah memeragakan gerakan seni bela diri asli Kalimantan Selatan.
Sesekali mereka tertawa kerena merasa kagok setelah menyadari gerekan mereka ada yang salah. “Maklum sudah lama tidak berlatih” kata mereka. Tidak jarang tepuk tangan tamu undangan terdengar riuh.
Ternyata Bakuntaw itu menarik dan enak di tonton sekaligus menghibur kata beberapa tamu undangan. Gerakan gerkan kuntaw lebih mirip ke gerakan tarian.
Seni bela diri Kuntaw ini berkembang di Kalsel sejak berabad abad silam. Dulunya Kuntaw popoler kerena setiap kampung memiliki group kuntaw. Biasanya masing masing group berkeliling dari kampung ke kampung untuk mengadu ilmu kepandaian.
Lambat laun seiring berjalan waktu intensitas pertunjukan kuntaw makin berkurang dan perguruan perguruan kuntaw sudah tidak banyak lagi, kalah bersaing dengan perguruan Ilmu bela diri modern.
Para pendekar kuntaw hanya memperlihatkan kepiawaian mereka pada hajatan perkawinan saja. Itu juga sekarang sudah jarang yang menanggap kuntaw sebagai hiburan pada acara perkawinan.
Hanya di beberapa dairah saja yang kini melestarikan seni bela diri kuntaw ini misalnya di Marabahan dan kawasan benua enam yaitu Berabai, Amuntai, Kandangan dan Tapin. Jaman dulu Kuntaw dipergunakan sebagai alat untuk melawan penjajahan Belanda.
Perguruan perguruan kuntaw banyak menghasilkan pendekar pendekar yang tangguh sekaligus pejuang untuk mengusir penjajah dari Bumi Lambung Mangkurat ini. Sangat disayangkan sekali kalau seni bela diri kuntaw ini hilang kerena kurang peminatnya. Para remaja lebih menyukai seni belam diri modern seperti karate dan Yodo.
Bahkan dalam pesta hajatan perkawinan pun kesenian bela diri kuntaw sudah sangat jarang ditanggap oleh warga sebagai hiburan bagi tamu undangannya. mereka lebih sering menanggap oran tunggal sebagai penghibur dalam berbagai acara hajatan.(15ur)
Foto: Maha Guru, Perguruan Satria Muda Nusantara, Muhammad Fali bin Munakif