Tanggapan Syekh Mutawalli Sya’rawi Tentang Ziarah Qubur

1548
Syaikh Mutawalli Sya’rawi rahimahullahu ta’ala, seorang ulama kontemporer Mesir yang wafat tahun 1998 dan sangat produktif menghasilkan karya-karya terkemuka, pernah ditanya:  
“Bagaimana tentang ziarah ahlul bayt dan para wali, yang merupakan kebiasaan orang-orang Mesir, khususnya orang-orang dari dusun yang mengambil berkah dari mereka?”
Lalu Syeikh Sya’rawi seraya meletakkan tangannya di dada seolah-olah berbicara tentang dirinya, ia menjawab:

“Kami juga besar sebagai orang dusun. Selama hidup, kami tinggal di lingkungan ahlul bayt dan para wali. Orangtua-orangtua kami, datuk-datuk kami, ibu-ibu kami, dan saudara-saudara kami, semuanya tinggal di serambi para wali. Kami tidak melihat kebaikan kecuali dari mereka. Kami tidak mengetahui ilmu kecuali di tempat-tempat mereka. Kami juga tidak mengenal keberkahan kecuali dengan mencintai mereka. Kami mencintai mereka karena mereka berhubungan dengan Allah. Kebaikan datang kepada kami dari orang-orang yang sangat kami yakini bahawa mereka berhubungan dengan Allah. Mereka tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang jiwanya menerima manhaj (syariat) Allah.

Bagaimana mungkin mereka membolehkan berziarah ke kuburan orang-orang muslim awam tetapi mengharamkan menziarahi mereka-mereka yang dikenal sebagai orang shalih. Ziarah kubur itu diperintahkan. Jika hal itu telah dilakukan untuk orang-orang muslim awam, apakah orang-orang yang telah dikenal atau orang yang baik dikecualikan dari hal itu, lalu diharamkan menziarahi kuburnya karena ia orang baik? Pendapat ini sungguh tidak masuk akal! Anggap sajalah itu seperti kubur-kubur yang lain dan berdzikirlah kepada Allah di tempatnya. Kita tidak menentang ziarah. Yang kita tentang adalah hal-hal yang tidak benar yang terjadi di dalamnya. Orang-orang yang meminta sesuatu dari mereka dapat kita katakan berbuat syirik. Tetapi jika ia meminta kepada Allah di makam-makam mereka, apa yang harus dilarang? Demi Allah, seandainya dalam berziarah itu tidak ada hal lain yang didapatkan selain sekadar pertemuan dengan orang-orang yang tunduk di hadapan Allah, itu sudah cukup bagi saya. Seandainya tidak ada yang saya dapatkan di sana selain bertemu orang-orang yang menggunakan dirinya kembali kepada Allah, itu sudah cukup. Saya akan pergi untuk bertemu orang-orang yang meninggalkan dunia dan makan sekali saja dalam sehari. Orang-orang yang menziarahi Imam Husain, Sayyidah Nafisah, Sayyid Ahmad al-Badawi atau Ibrahim ad-Dasuqi, akan malu melakukan maksiat setelah itu. Mungkin juga perasaan malu itu akan terus menyertainya sepanjang hayatnya.” MasyaAllah Tabarakallah! (dar-almusthofa.blogspot.com)