fokusbatulicin.net – jika anda mampir di Kota Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Anda akan disapa oleh pemandangan alam yang indah, pantai yang bersih dan udara yang sejuk.
Namun jangan lupa, jika sampai di kota Pelajar ini, sempatkan diri berwisata religi bersama dengan keluarga atau rombongan anda. Mengingat lokasinya tidak jauh dari pusat kota, hanya berjalan mengarah sedikit ke arah bibir pantai desa Mattone Pagatan, terdapat maqam Ulama Tersohor di Bumi Antasari Kalimantan Selatan.
Di tempat ini terdapat makam Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As’ad yang dikenal dengan sebutan Tuan Mufti Arsyad Lamak adalah seorang ulama dan cucu dari Syech muhammad Arsyad bin Abdullah Albanjari dari garis ibunya yang bernama Syarifah binti Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Makam Syech Muhammad Arsyad Pagatan ini, terkenal dengan sebutan Qubah Pagatan, banyak dari mereka yang datang ke tempat ini, mengharapkan keberkahan daripada kemulyaan orang soleh, agar doa doa mereka dikabulkan oleh Allah Swt. Dan membawa sebagian hajat mereka ketempat ini setelah nazar nazar mereka terkabulkan.
Sekedar diketahui Mufti Haji Muhammad Arsyad menikah dengan beberapa orang perempuan, yaitu Tilamah,Tuan Inur binti H. Muhammad Thayyib, Tuan Rahimah, dan Ummu Salamah binti Mufti H. Ahmad. Dari isteri ke tiga inilah Mufti Lamak mendapat tujuh orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, yaitu Hafsah, Haji Utsman, Khadijah, Sa’idah, KH. Muhammad Hasyiem, Shafura (istri Datu Landak), dan H. Abdul Muthalib
Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun lamanya, dan di antara guru-gurunya adalah: Asy-Syeikh Ahmad Dimyati (Mufti Syafi’iyah) Asy-Syeikh Yusuf, Asy-Syeikh ar-Rahbini
Setibanya dari Mekkah, ia diangkatt oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Di samping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, ia juga mengajar dalam berbagai ilmu agama. Di antara muridnya adalah Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Selain sebagai ulama ia juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank keras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan masyarakat dan para pejabat atas dirinya. Ia selalu menegakkan dan menjalankan paham Ahlus Sunah wal Jamaah dan menegakkan prinsip amar ma’ruf nahi munkar (menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran).
Tuan Mufti disayang oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang bernama Haji Sa’duddin, yang meninggal di Taniran, Kandangan (Kubah Taniran). Sejak wafatnya Tuan Mufti Lamak, sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M (1274-1276 H), Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebelum ia pergi -sebagai perwujudan sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa kasih sayangnya terhadap kakak- ia mengunjungi kakak tertuanya H. Abu Thalhah, seorang yang sangat berilmu yang saat itu menetap di Pagatan. Namun, setibanya ia di Pagatan, ia mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia. Tuan Mufti Lamak di makamkan di Pagatan, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan mulia, Tuan Mufti Lamak wafat pada hari Sabtu, 23 Rabiul Awwal 1275 H dii masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin Sultan Adam, sekitar 48 tahun setelah wafatnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang wafat pada 6 Syawwal 1227 H. Sumber lain menyatakan Tuan Mufti wafat pada tahun 1850 di Mattone Pagatan.
Makamnya dibuatkan kubah oleh cucunya, Mufti Indragiri, Riau, KH.Abdur Rahman Shiddiq. Selanjutnya kubah dipugar dan direnovasi kembali menjadi bangunan permanen oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru. Kubah Tuan Mufti Lamak saat ini masuk wilayah pemekaran Kabupaten Tanah Bumbu (sebelumnya berada di wilayah Kabupaten Kotabaru) dan dikenal dengan sebut Kubah Pagatan. (TFB)