Mengenal Sosok Tuan Guru KH Kasyful Anwar Lawahan Rantau

2473
fokusbatulicin.net – Tidak banyak anak muda sekarang mengenal sosok ulama yang hidup pada tiga zaman ini ( Zaman Penjajahan Belanda, Jepang dan Zaman Kemerdekaan ) , sebab beliau telah lama meninggalkan dunia fana memenuhi panggilan Allah SWT.
Hanya segelintir orang-orang tua yang masih mengingat beliau. Yang kami maksud di sini adalah  Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan Rantau.
Riwayat mengisahkan Almarhum Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan Rantau mempunyai dua orang isteri . Dari isteri yang pertama “ Sadariah “ memperoleh satu orang anak yaitu Zainuddin. Lalu dari isteri yang kedua yakni “ Hj. Masjam “ mendapatkan 14 orang anak.
Jadi jumlah anak beliau 15 orang. Tetapi dari 15 orang anak tersebut, hanya 11 orang yang mempunyai keturunan yaitu Zainuddin, A. Syauqani, A. Syairafi, Siti Amriyah, Siti Aisyah, Norhasanah, Suhaibaitul Aslamiah, Abdul Bariel, Saifullah, Siti Jamilah dan M. Norkamal P.
Kelahiran dan Nasab beliau :Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan Rantau dilahirkan pada tahun 1915 M dan meninggal pada sore Senin menjelang adzan Shalat Fardhu Magrib tanggal, 8 April 1991 M bertepatan dengan 24 ramadhan 1411 H dan di maqamkan hari pada Selasa sesudah Shalat Fardhu Zhuhur tanggal, 9 April 1991 M di Pemakaman “ Kuburan 40 “ desa Lawahan Kec. Tapin Selatan Kab. Tapin Kalimantan Selatan.
Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari lawahan Rantau lahir dari Pasangan suami isteri : Musa bin Tarif bin Sailullah bin Muhammad ( Muhammad Yusuf ) dengan Sari ( sarifah) binti Sunang ( sunan ) bin Ukhar bin Muhammad Bin Abdullah. Dilihat dari pihak ayahnya beliau masih kemenakan dari Almarhum Al ‘Alimul Fadhil Tuan Guru KH. Asmuni bin Ahmad bin Sailullah bin Muhammad ( Muhammad Yusuf ) yang maqamnya dekat Mesjid desa Pematang Karangan – Rantau.
Beliau pun masih bertalian darah dengan Pendiri PP. Sullamul ‘Ulum desa Rantau Nangka Kec. Sungai Pinang Kab. Banjar yaitu Almarhum Tuan Guru KH.M. Thayyib bin Tuan Guru Abdus Shamad bin Ibrahim bin Jama’in bin Sailullah bin Muhammad ( Muhammad yusuf ) yang maqamnya di Desa Rantau Nangka Kec. Sungai Pinang Kab. Banjar dan Beliau juga kemenakan sekaligus ipar dari Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan guru KH. Rama Muhammad Ideram ( maqamnya di desa Lawahan Kec. Tapin Selatan, Kab. Tapin ).
Jika dilihat dari pihak Ibunya maka beliau masih berhubungan darah dengan DATU ARISYIN (Alisyin) bin Muhammad Bin Abdullah ( Tetuha Masyarakat dan Orang Shalih dimasa lalu, dan maqamnya baru di temukan tgl, 23 Januari 2015 atas petunjuk dari Al Mukarram Al Habib Ahmad Hidayatullah bin Abdullah Faqih Basyaiban dari Pasuruan Jawa Timur berdekatan dengan Maqam Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari lawahan , sebab Datu Arisyin ( Alisyin) punya kakak yang bernama UKHAR bin Muhammad bin Abdullah yang merupakan datuk dari Almarhum.
Ditarik dari pihak nenek, beliau masih sepupu dua kali ( nenek bersaudara ) dengan Al ‘Alimul Fadhil Tuan Guru KH. Abdul Muthalib ( Guru H. Alif Binuang / sekarang tinggal di Sekumpul )
*Pendidikan dan guru – gurunya :*
Setelah menamatkan Sekolah Rakyat ( SR) di masa Penjajahan Belanda, beliau menyempatkan diri menuntut ilmu ke Negara (HSS) kemudian melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Konon kabarnya beliau seangkatan dengan Tuan Guru H.Ghazali ayahnda dari Tuan Guru KH. Ali Nordin Ghazali ( Rantau ) dan Guru KH.Sahal ( Timbaan – Rantau ) yang saat itu Pondok Pesantren Darussalam dipimpin oleh Al ‘Alimul “Allamah Tuan Guru KH. Kasyful Anwar Al Banjary sampai selesai pada tahun 1940 M.
Menurut keterangan dari  H. Ahmad Syairafi bahwa KH.M. Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan sewaktu mengaji di Martapura pada Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan guru KH. Anang Ilmy ( Martapura ) sempat ikut berkhadam melayani Waliullah tersebut. Beliau pun sempat mendapat pengajaran dari Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Syarwani Abdan ( Bangil ), dan juga belajar pada Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH.Husien Qadry ( Mtp ),berguru juga kepada KH. Abdul Qadir bin Muhammad Hasan bahkan mendapat Ijazah kitab yang berisi amaliah untuk bisa bermimpi dengan Nabi Muhammad SAW.
Di Negara beliau belajar pada Tuan Guru Muhammad Thahir, pada KH.Kasyful Anwar Negara dan juga pernah mengaji kitab pada Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ismail Negara. Diceritakan juga bahwa beliau sewaktu remaja sempat belajar kepada Al “alimul ‘Allamah KH. Ahmad Barmawi ( Pabaungan Rantau), pernah belajar Tauhid pada Tuan Guru KH. Japri ( Komplek Wildan-Banjarmasin ) dan mengambil Tabbaruk pada Al Mukarram Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi Al Banjari ( Banjarmasin ).
Beliau pun mengaji ilmu agama pada Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH.Abdullah ( Kupang Rantau ), dan mengambil Tabarruk pada Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Al Habib Zein Al Habsyi ( Martapura ) .Kemudian setelah bertemu dan bersahabat akrab dengan ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Mahdi Abdul Khaliq bin Abdul Khaliq ( Guru Khaliq Rantau ) yang merupakan murid dari Maulana As Syekh KH.Hasyim Asy’arie ( Tebu Ireng ) dan murid dari Maulana Asy Syekh KH.Ihsan Muhammad Dahlan Al Jempisi Al Kediri pengarang kitab Sirajut Thalibin ,
Maka Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan Rantau istiqamah menuntut ilmu pada Mu’allim Tuan Guru KH.Guru Khalik Rantau sampai meninggal dunia. Di antara anak angkat sekaligus sahabat beliau antara lain : Al ‘Alimul Fadhil Al Habib Aqiel bin Ahmad Shahab ( Banjarmasin ) ,Tuan Guru KH.Mansyur bin Syeikh Mukhdar Al Azmatkhan Rangda Malingkung serta ada beberapa ulama yang menjadi sahabat Almarhum yang tidak kami sebutkan di sini.
Di antara akhlaq beliau adalah :
1). Istiqamah menuntut ilmu ( belajar kitab ) sejak dari kecil sampai tua.
2). Sangat suka bersilaturrahmi dan menyambung tali keluarga, meski pun keluarga letaknya sangat jauh, namun beliau berusaha untuk mengunjunginya.
3). Sangat menyayangi dan suka membantu keluarga yang miskin.
4). Pemaaf dan tidak pernah dendam pada orang lain.
5). Istiqamah mengajar kitab tanpa menghiraukan berapa jumlah jamaah yang datang.
6). Shabar menghadapi rintangan dalam berdakwah terlebih di zaman revolusi dan gerombolan.
7). Tidak mau bergaul akrab dengan orang-orang berduit.
8). Selalu memberi wejangan ( dakwah bil lisan ) kepada keluarga dan masyarakat sekitar atau Umara yang meminta nasihatnya.
Di antara Karamah beliau adalah :
A. Pernyataan Beliau tentang sesuatu perkara ( kejadian ) mendahului waktu.Contoh Kejadian atau perkara yang beliau utarakan mendahului waktu antara lain :
1). Kepada sebagian anaknya AlmarhumTuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan Rantau pernah berkata, “ Wahai anakku…kematianku nanti akan bersamaan dengan ibumu dan aku sudah membuat ikrar tentang itu.” Mendengar ucapan beliau tersebut sebagian dari anak beliau protes, sebab dalam benak mereka kalau meninggalnya bersamaan berarti mereka dalam sehari akan kehilangan kedua orang tua sekaligus. Beliau tersenyum dan tetap teguh dengan pernyataannya itu.Tahun berganti dan waktu terus berlalu, akhirnya pada tahun 1996 M. terbuktilah Perkara atau rahasia Kejadian yang beliau ucapkan tentang kalimat kematianku bersamaan dengan ibumu.Rinciannya sebagai berikut :
• Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan Rantau menghembuskan nafas terakhir menjelang Adzan Shalat Fardhu Magrib, sedangkan Isteri beliau ( Hj. Masjam ) menghembuskan nafas terakhir menjelang Adzan Shalat Fardhu Zhuhur. Kebersamaannya adalah : wafat menjelang Adzan Shalat Fardhu.
•Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan Rantau wafat hari Senin tanggal 8 April 1991 M ( 24 Ramadhan ) , sedangkan Isteri beliau wafat hari Senin tanggal 8 April 1996 M ( 19 Dzul Qaidah ) . Kebersamaannya adalah : wafat hari Senin tanggal 8 April.
• Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan Rantau di maqamkan hari Selasa, tanggal 9 April 1991 M sesudah Shalat Zhuhur , sedangkan Isteri beliau di maqamkan hari selasa, tanggal 9 April 1996 M sesudah Shalat Zhuhur . Kebersamaannya adalah : di maqamkan hari Selasa, tanggal 9 April sesudah Shalat Zhuhur.
• Lalu terjadi perbedaan mencolok tahun wafat yaitu 1991 M dengan 1996 M.Jika kita uraikan dengan penambahan dan pengurangan bilangan, maka ada rahasia kebersamaan yang tersembunyi dibalik angka tersebut. * Isteri Beliau Wafat : 1996 M. sedangkan Al Mukarram wafat : 1991 M.Jika dikurangkan : 1996 – 1991 = 5 tahun.* Penjumlahan angka 1996 = 1 + 9 + 9 + 6 = 25 = 2 + 5 = 7 Penjumlahan Angka 1991 = 1 + 9 + 9 + 1 = 20 = 2 + 0 = 2Jika pengurangan : 1996 – 1991 = 5 . Maka Pengurangan : 7 – 2 = 5 * Pengurangan angka pada bulan Hijriah ( 24 Ramadhan 1411 H – 19 Dzul Qaidah 1416 H )Pengurangan angka 24 – 19 = 5 Pengurangan angka 1416 – 1411 = 5 Penambahan angka : 1416 = 1 + 4 + 1 + 6 = 12 Penambahan angka : 1411 = 1 + 4 + 1 + 1 = 7. Maka jika dikurangkan : 12 – 7 = 5 Terlihat kebersamaan angka 5 ( lima ).
* Kemudian terdapat pula perbedaan pada bulan wafat dari keduanya yaitu Ramadhan ( bulan ke 9 ) dan bulan Dzul Qaidah ( bulan ke 11 ).Tetapi lihatlah rahasia kebersamaan dari penjumlahan dan pengurangan kedua angka itu :• 9 + 11 = 20 = 2 + 0 = 2• 11 – 9 = 2• 9 dan 11 adalah 9 + 1 + 1 = 11 = 1 + 1 = 2 Terdapat persamaan angka 2 ( dua ) symbol dua orang insan.Demikianlah rahasia tentang kebersamaan yang dimaksud Beliau, hal itu dibuktikan dengan pembuktian perhitungan angka secara Matematika. Wallahu A’lamu.
2). “ Sekitar bulan Desember 1990 M atau empat ( 4 ) bulan menjelang wafatnya, Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan Rantau mengunjungi Anaknya Norhasanah di Banjarmasin dan mengatakan bahwa “ hari ini adalah kunjungannya yang terakhir kali ke rumah anaknya “.Lalu beliau bersilaturrahmi kepada kerabatnya di Pengaron dan Banjarbaru di sana pun Beliau mengungkapkan bahwa ia sengaja datang bersilaturrahmi karena kunjungannya ini adalah yang terakhir kali.Kemudian sepulang dari silaturrahmi tadi, beliau masih bisa ke rumah gurunya yakni Mu’allim Tuan Guru KH.Khaliq Rantau pada hari Sabtu untuk belajar kitab , dan pada besoknya hari Minggu beliau berwasiat pada anak bungsunya (Guru Norkamal ) bahwasanya : “ Beliau tidak lama lagi akan meninggal dunia dan jika beliau meninggal nanti, maka ia minta pada anak bungsunya itu untuk mengabarkan pada sahabat karibnya ( salah satu Ulama di kab. HSS ) , karena beliau telah membuat perjanjian agar sahabatnya itu ikut menshalatkan jenazahnya “.
Pada bulan Januari 1991 M. beliau mulai jatuh sakit dengan bolak balik masuk Rumah sakit dan memasuki tanggal 1 April 1991 kondisi beliau dalam keadaan sangat kritis sehingga tidak mampu berbicara sepatah kata pun, kecuali sesekali terdengar lirih kalimah dzikrullah. Tetapi anehnya tiga ( 3 ) hari sebelum meninggal ketika Al Mukarram Al ‘Alimul Fadhil Al Habib Aqiel bin Ahmad Shahab datang menjenguk ke desa Lawahan , tiba-tiba beliau beberapa menit berada dalam kondisi normal dari masa kritisnya dan berbicara dalam bahasa arab dengan Al Habib Aqiel bin Ahmad Shahab .
Sesudah mereka berdua selesai berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa arab , maka kembalilah beliau dalam kondisi kritis ( koma ) sampai akhirnya wafat tanggal 8 April 1991 M.Dari penjelasan di atas dapat kita ambil hikmah bahwasanya 4 (empat) bulan sebelum wafat, beliau sudah mengetahui serta mengutarakannya dan ternyata hal tersebut benar-benar terjadi.
3). “ Dahulu sekitar tahun 1980 M. ketika kami (diceritakan kepada penulis Admin Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan yuliansyah Riffai): 3 ( tiga ) orang anak beliau ( Syaifullah, Siti Jamilah dan Norkamal ) masih sekolah , Beliau pernah mengatakan , “ Anakku Norkamal jika dewasa nanti akan menjadi Pegawai Negeri, anakku Siti Jamilah pun akan menjadi Pegawai Negeri, tetapi Syaifullah tidak akan menjadi Pegawai meski pun nantinya ia lulus kuliah .
“Subhanallah ….. ucapan Almarhum Tuan Guru KH. M. Kasyful Anwar benar-benar menjadi kenyataan : Siti Jamilah di angkat menjadi PNS, demikian pula Kamal, namun anak beliau Drs. Syaifullah walau pun lulus dari Fisip Unlam tetap menjadi seorang petani biasa. Sebagaimana ucapan beliau puluhan tahun yang silam dan memang pernyataan itu sungguh mendahului waktu.
B. Karamah beliau yang lain adalah : Keajaiban waktu dibacakan Talqin .“ Ketika berlangsung acara pemakaman, yang pertama membacakan Talqin ( tanpa teks ) adalah Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi ( Banjarmasin ) di kubur beliau. Namun Talqin yang disampaikan oleh Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi sangat lama dan terlihat seolah-olah sedang bercakap-cakap, sedangkan masih ada 2 dua orang ulama yang menunggu untuk membacakan Talqin yaitu Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Mahdi Abdul Khaliq bin Abdul Khaliq Al Idrisi ( Guru Khaliq Rantau ) dan Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Muhammad Siddiq Lumbu ( Rantau ). Melihat situasi tersebut , maka anak beliau  Ahmad Syairafi menyentuh bahu Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi dan membisikkan bahwa masih ada Tuan Guru yang lain menunggu untuk menalqinkan. Sesudah selesai pemakaman dan pulang dari kubur Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari lawahan Rantau, maka ditanyakan perihal “ Kenapa Beliau menyampaikan Talqin lama sekali. “ Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan GuruK H. Ahmad Kusasi menjawab , “ Tadi aku asyik bapander ( berbicara / bercakap-cakap ) dengan beliau alm Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari  sehingga aku lupa kalau sedang menalqinkan . “
C. Pada Maqam Tuan Guru KH. M. Kasyful Anwar pernah terlihat cahaya memancar di malam hari. ( cerita dari Supiani, dll )
D. Dari kubur beliau pernah tercium bau harum mewangi.Ceritanya sebagai berikut : “ Ketika anak saudara Supiani yang masih bayi meninggal dunia disepakati akan di kuburkan persis di sisi Maqam Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari Lawahan . Maka pada saat menggali liang lahat untuk bayi tersebut , sang penggali kubur terkejut dan terpana karena ada lubang kecil ( berdiameter sekitar 5 cm ) menembus ke Maqam Almarhum  Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan dan dari lubang itu tercium bau harum mewangi. Menurut keterangan dari si penggali kuburan ( Ardian / Dian Suhu ) setelah beberapa saat ia menikmati aroma harum tadi, maka lubang tersebut segera ia tutup. Dia juga menjelaskan bahwa bau wangi yang berasal dari lubang kecil itu lebih harum dari minyak wangi dan serasa baunya lengket pada pakaiannya “.
E. Beliau memagar sungai atau kolam ( bigi ) hanya dengan memercikkan air pada dua tempat.
Kisahnya sebagai berikut :“ Dahulu apabila tiba musim kemarau, orang – orang ramai mencari ikan di sungai atau Bigi ( kolam buatan ) di daerah rimba ( daerah rawa ) dengan menggunakan Hancau ( alat penangkap ikan berbentuk segi empat dari jaring benang nyilon yang diberi pegangan dari bambu ). Entah kenapa pada hari itu ada sekelompok pencari ikan lupa membawa Hampang yaitu alat pembatas sungai atau kolam ( bigi ) yang terbuat dari anyaman bambu. Mereka bingung bagaimana mungkin bisa mendapatkan banyak ikan dengan memakai hancau tanpa memberi pembatas pada sungai/kolam dengan hampang karena ikan-ikan akan keluar dengan bebas daerah tempat itu. Kebetulan mereka melihat Abah H. M. Kasyful Anwar berada di sana. Maka mereka bermusyawarah dengan beliau bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Tiba-tiba beliau berdoa dan memercikkan air di dua tempat seolah memberi pagar dan berkata , “ Carilah ikan di tempat yang telah kuberi batas tadi, Insya Allah kalian semua akan mendapatkan rizqi dari Allah Ta’ala ”. Alhamdulilah…… betapa gembiranya para pencari ikan tersebut, sebab mereka mendapatkan hasil yang lumayan banyak. Di antara pencari ikan itu ( Ahmad Ghuzazi atau Ujat ) menceritakan pada anak beliau ( Norkamal ) bahwa ikan-ikan di sana seolah-olah terkurung dan tak mampu menembus walau pun hanya diberi pembatas dengan percikan air dari tangan Abah H. M. Kasyful Anwar Al Lawahani.
F. Beliau Shalat Shubuh di dua tempat yaitu Lawahan dan Martapura.“ Kejadian ini bermula pada waktu subuh malam Jumat, anak beliau yang bernama Saifullah terbangun karena mendengar seperti ada orang yang sedang berwudhu . Tak lama kemudian ia melihat Ayandanya Shalat dua rakaat , kemudian menghilang. Dalam kebingungan itu , Saifullah membangunkan saudarinya Siti Amriah dan bertanya, “ Kak…. Abah datang dari Martapura ya ? ” Sang kakak menjawab, “ Ayah…. masih di Martapura… beliau tidak pulang ke Lawahan.” Guru Syaifullah berkata, “ Kak… tadi aku melihat Abah Shalat kemudian sesudah salam beliau menghilang “. Sang Kakak pun terdiam membisu tanpa jawaban.Pada hal waktu kejadian aneh itu…. Tuan Guru KH.Kasyful Anwar Al Banjari lawahan berada di rumah di Tanjung Rema Martapura berkumpul bersama dengan isteri dan anak-anak yaitu ; Suhaibah Aslamiah, Abdul Bariel dan Norkamal. Kanda Syaifullah mengatakan bahwa sampai hari ini ia masih menyimpan kain sarung ( tapih ) yang di pakai Ayahndanya saat Shalat Shubuh di dua tempat itu.
G. Berkomunikasi dengan sahabat sekaligus gurunya secara rohaniah.“ Waktu pagi hari Sabtu…..beliau menyiapkan beberapa potong pakaian dan memasukkannya ke dalam tas. anak beliau Guru Norkamal  bertanya, “ Abah mau ke mana ? “ Beliau menjawab, “ Aku mau ke Banjarmasin. Tadi malam ( saat tidur ) aku bermimpi bertemu Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi ( Banjarmasin ) dan beliau menyuruhku untuk berangkat ke Banjarmasin, karena ada acara khataman kitab ”. Lantas sepulang dari Banjarmasin anak beliau bertanya kembali, “ Abah….semalam acara khataman kitab apa ? Beliau menjawab, “ Khataman Kitab Shahih Bukhari “.Lihatlah dan renungkan ! Ulama dahulu berkomunikasi bukan dengan telpon genggam seperti kita sekarang ini. Subhanallah… la haula wala quwwata illa billahi.
H. Maqamnya ( kedudukan ) ditinggikan oleh Allah SWT walau pun beliau mastur ( tersembunyi ).
Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi ( Banjarmasin ) berbicara dan menjelaskan bahwasanya kedudukan ( Maqam ) Almarhum  Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan setara dengan dirinya ( Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi ) dan dengan Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Mahdi Abdul Khaliq bin Abdul Khaliq ( Guru Khaliq Rantau ). ( Ucapan dan pernyataan Al Mukarram Al ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru KH. Ahmad Kusasi ( Banjarmasin ) disampaikan secara langsung kepada anak beliau  H. Ahmad Syairafi beberapa bulan sesudah wafatnya Tuan Guru KH.Kasyful Anwar al Banjari lawahan
I. Beliau sering di minta air yang di bacakan doa untuk orang sakit dan sebagainya, bahkan untuk hewan yang susah melahirkan, agar bayinya cepat keluar.
J. Beliau sering diminta doa agar hujan berpindah ke tempat lain, jika ada orang ada melaksanakan hajatan semacam perkawinan.
Benda Peninggalan Beliau :Ada sebuah karpet ( permadani ) yang sudah lusuh yang di simpan Guru norkamal sebagai kenang-kenangan, memiliki nilai historis dan sakral.Guru Norkamal diberi wasiat oleh ayahndanya agar menyimpan dan menjaga sebuah karpet. karena sebuah peristiwa sekitar tiga puluh tahun yang silam. Waktu itu di rumah Ayahndanya telah dilangsungkannya peringatan Isra wal Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang saat itu ceramahnya disampaikan oleh Al Mukarram Al “alimul ‘Allamah Tuan Guru KH.Ahmad Kusasi . Lalu beberapa hari kemudian Ayahnda menyuruh agar memelihara karpet ( permadani ) tadi, karena menurut informasi beliau ketika peringatan Isra wal Mi’raj Nabi Muhammad SAW dilangsungkan , malam itu telah hadir secara Rohaniah Rasulullah SAW, Nabiullah Khadir AS, dan Syekh Abdul Qadir Al Jailani dan ketiganya duduk di atas permadani itu.
Demikianlah sekelumit tentang kisah salah satu ‘ulama mastur ( tersembunyi ) yang sekarang bersemayam di Pemakaman Kuburan 40 ( empat puluh ) di desa Lawahan Rt.04/II Kec. Tapin Selatan, Kab. Tapin, Kalsel. Semoga kita bisa meniru jejak langkah beliau amin.
(Berbagai Sumber, Dan Ditulis Ulang Oleh Ipunk)