Japan Meteorological Agency menuturkan gelombang tsunami bisa mencapai Prefektur Okinawa secepat-cepatnya sekitar 05.30 GMT.
Prefektur Okinawa juga menjadi rumah dari pangkalan militer Amerika Serikat di Pasifik.
“Sekitar pukul 11.18 waktu lokal letusan besar terjadi pada Gungung Api Semeru. Jika tsunami terjadi oleh erupsi ini dan mencapai perkiraan waktu kedatangannya lebih awal (wilayah Miyakojima/Yaeyama) sekitar pukul 14.30 waktu Jepang pada tanggal 4 Desember,” bunyi peringatan Badan Meteorologi Jepang.
Badan tersebut juga menuturkan citra satelit Himawari tidak menunjukkan ada perubahan signigikan terkait tekanan gelombang laut yang ditimbulkan dari letusan itu.
Tokyo menuturkan sampai saat ini tidak ada perubahan signifikan pada tingkat surut yang diamati dari stasiun pengukur pasang surut di luar wilayah Jepang.
Salah seorang warga sekitar, Ahmad Samiludin mengatakan asap dari Gunung Semeru terlihat pekat dari lokasi ia berada, di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
“Kami akan terus mengabari Anda tentang pengamatan tsunami ke depan,” bunyi pernyataan lembaga tersebut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak. Aktivitas erupsi Gunung Semeru itu terekam di seismograf dengan aplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.
data dan foto Cnnindonesia.com